Oleh : Taufik Chavifudin
Konon, brand image itu bukan sekedar nama,logo atau persepsi,melainkan segala ekspektasi, memori, cerita, dan hubungan-hubungan yang terakumulasi untuk mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Mendengar nama dracula, pocong, kuntilanak, bisa jadi kita merinding walaupun setengah percaya.AC Milan, nama itu mendatangkan semangat menggelora seakan-akan kita kenal pemainnya di Kota Mode Italia jauh di sana.Memang dahsyat sekali kekuatan brand kalau sudah lengket pada suatu nama.
Seperti Lawang Sewu ini,gedung tua di Kota Semarang yang terkenal sebagai bangunan yang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, bahkan horor! Bisa jadi,Lawang Sewu jadi korban stasiun televisi yang kerap menggunakan bangunan ini untuk kebutuhan acara-acara mistis komersial mereka.Sehingga,bangunan keren yang luar biasa indah ini kesannya malah jadi “horor”.
Disebut Lawang Sewu atau seribu pintu tentu saja karena memang pintunya banyak sekali.Pintu itu akan membawa kita antara selasar luar dan dalam.Pintu dan jendela serta selasar didesain untuk membuat bangunan terasa sejuk dengan ventilasi lapang agar angin keluar-masuk berhembus secara bebas.
Saat memasuki bangunan dari pintu utama,kita akan menjumpai kaca patri yang sangat besar.Letaknya tepat di ujung tangga yang akan membawa kita naik ke atas.Kaca patri artistik besar dan utuh tapi mudah pecah ini diimpor dari Belanda.
Kini repotnya,bangunan ini keburu “rusak” citranya karena pengaruh acara-acara televisi yang kurang bermutu itu.Bukti dari citra horor yang sudah melekat adalah banyaknya lapak jualan DVD yang mengekspos keangkeran Lawang Sewu yang secara getok tular digembar-gemborkan.Memang,ada roda perekonomian yang bergerak dari orang-orang yang secara kreatif memanfaatkannya.Bahkan,bukan hanya jualan DVD,di sini ada tawaran wisata mistisnya.Dengan membayar limapuluh ribu rupiah untuk pemandu wisata lokal yang sengaja mangkal disitu,kita akan diajak keliling sampai ke terowongan bawah tanah.Sambil memakai sepatu bot dan senter,kita akan ditunjukkan dimana saja yang katanya ada penampakan dan suara-suara aneh saat ada acara “Berburu Hantu” atau “Dunia Lain”.
Padahal terowongan itu dulunya dibangun untuk dua alasan.Di bawah bangunan ada sistem sponge yang membantu bangunan menghindari pergeseran lapisan bumi.Dan diatasnya ada terowongan yang didesain untuk memuat buangan air hujan yang bisa dijadikan pendingin untuk bangunan di atasnya.
Memang,pada masa pendudukan Jepang,terowongan itu digunakan untuk para tahanan,tetapi itu tidak otomatis menjustifikasi Lawang Sewu sah dijadikan wisata hantu-hantuan.
Cukuplah yang horor dan mistis itu ada di bioskop atau sinetron dengan judul-judul absurd seperti Tiren (mati kebanyakan makan duren),dan Tiran (mati karena tiduran di jalan),atau masih banyak lagi judul konyol lainnya.
Pernah ada sebuah lagu romantis berjudul “Kuta Bali” dari Andre Hehanusa yang menggunakan nama pantai eksotis yang kondang itu.Lagunya sukses,digemari banyak orang sampai berhasil menduduki top peringkat selama berminggu-minggu di banyak radio-radio swasta.
Tidak jelas apakah brand Lawang Sewu sebagai tempat angker itu menjadi brand harum atau sebaliknya.Tentu,anda punya penilaian sendiri.