Setwan – Adanya bawang merah impor di Pasar Besar Pare menjadi perhatian serius Komisi B DPRD Kabupaten Kediri. Sekalipun harganya Rp 15.000 dan bawang merah lokal Rp 20.000 namun hendaknya bawang merah import lebih baik selalu dalam pantauan Pemkab Kediri. Dengan harapan tidak merusak harga bawang merah lokal.
Jika dibiarkan bisa jadi mengancam kesejahteraan petani bawang merah di Kabupaten Kediri. Regulasi import bawang merah hendaknya perlu ditata agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Jika pasar bawang merah import dari India ini mengusai pasar tentu kasihan petani bawang merah.
Sudarmika Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Kediri mengatakan, sudah seharusnya Pemkab Kediri utamanya Satgas Pangan mencermati serius keberadaan bawang merah import ini. Saat ini pengaruhnya belum begitu besar, bagaimana jika dua atau tiga tahun kedepan. Komisi B kawatir bawang merah import akan mendominasi.
“Harus ada strategi khusus dalam pola regulasi import seperti bawang merah ini. Jangan sampai petani dan pedagang bawang merah terkalahkan oleh barang import ini. Sejauh ini konsumen masih memilih bawang merah lokal sebagai pilihan sekalipun harganya lebih mahal. Harga pasar setiap hari bisa berubah dan harus dibatasi,” jelasnya.
Sementara Tutik Purwaningsih Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri menjelaskan meskipun ada bawang merah impor namun konsumen di Kabupaten Kediri masih mengandalkan bawang merah lokal. Demikian juga petani bawang merah Kabupaten Kediri masih mendominasi pemasaran bawang merah di Kabupaten Kediri.
“Inilah pentingnya tujuan kami melakukan pantauan harga sembako jelang puasa dan lebaran. Agar dominasi pangan import seperti bawang merah ini mengalahkan bawang merah lokal dan petani bawan merah tetap sejahtera dan ada peningkatan ekonomi jelang puasa dan lebaran,” katanya. (tim)
