SETWAN – Kalangan DPRD Kabupaten Kediri prihatin dengan penyebaran virus HIV/AIDS di Kabupaten Kediri. Tercatat di Dinas Kesehatan mulai tahun 1996 hingga 2019 ini tercatat 1.754 orang terpapar virus HIV/AIDS. Komisi D harapkan sinergi antar lembaga di Pemkab Kediri bersama-sama menekan penyebaran perluasan dampak HIV/AIDS.
Mundhofir Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Kediri berharap kepada Dinas Kesehatan terus berkelanjutan memberikan sosialisasi dan kampanye anti HIV/AIDS. Penyebaranya harus ditekan seminimal mungkin karena kebanyakan usia produktiflah yang banyak terpapar virus HIV/AIDS.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Kediri ini berharap agar generasi muda melalui Warga Peduli Aid (WPA) di Kabupaten Kediri ikut berperan dalam memberantas perluasan virus HIV/AIDS di kalangan warga Kabupaten Kediri. Cerama agama, kesehatan dan sosial adalah yang terbaik cegah virus HIV/AIDS.
“Menjaga keharmonisan rumah tangga sangat penting. Pentingnya agama sebagai benteng mencegah orang bertindak menyeleweng dari ajaran agama. Karenanya perlu langkah yang tepat dalam pendekatan cegah AIDS menyebar dan meluas di Kabupaten Kediri,” ujarnya.
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri menyebutkan, Usia produktif di Kabupaten Kediri yang terpapar virus HIV/AIDS paling tinggi. Sejak tahun 1996 hingga per Juni 2019 jumlah warga yang terpapar virus HIV/AIDS jumlahnya 1.754 orang. Sedangkan usia terpapar virus ini untuk usia 0-1 tahun 5 orang.
1 hingga 4 tahun ada 27 orang, usia 5 – 14 tahun jumlahnya 10 orang, usia 15 hingga 24 tahun 324 orang. Untuk usia 26 hingga 39 tahun dan berjumlah 831, usia 40-49 tahun jumlahnya 416 orang. Usia 50 hingga 60 tahun 116 orang, 60 tahun ke atas 33 orang dan tidak diketahui 4 orang. Sementa untuk profesi yang terpapar HIV/AIDS ini diantaranya dari kalangan buruh tani, WPS, karyawan, ibu rumah tangga, pekerja seni dan mahasiswa.
Profesi lainya yang terpapar ini profesi non medis, profesi medis, pelaut, narapidana, Tenaga Kerja Indonesia (TKI), anak, pelajar dan supir. Secara umum bandingan untuk jenis kelamin adalah laki-laki 56 % dan perempuan 44 %. Sejauh ini layanan kunsultasi pemeriksaan HIV/AIDS ada di beberapa puskesmas diantaranya Puskesmas Ngadiluwih, Kandangan, Mojo, Papar dan Grogol.
Faktor penyebab timbulnya HIV/AIDS di Kabupaten Kediri adalah Homosek,Heteroseksual,bisek, transfusi darah dan parenatal. Sedangkan kasus HIV/AIDS berdasar keadaan adalah 77 % masih hidup, 22 % mati dan 1 % tak terpantau. Hingga Juni 2019, yang ikuti prosedur tes HIV adalah WPS 888 orang, Waria 46 orang dan Laki Sama Laki (LSL) 136.
PLt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dr. Bambang Triyono Putro melalui Nur Munawaroh Kasi Pencegahan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Kabupaten Kediri mengatakan, banyak saat ini yang masih malu-malu memeriksakan kondisi dirinya apakah terpapar HIV/AIDS. Padahal di Puskesmas bisa dilakukan dengan kerahasiaan terjamin.
“Sosialisasi terus berkelanjutan di kalangan WPS, pemandu lagu, Teman Sebaya, kumunitas milenial, ibu rumah tangga dan kelompok yang beresiko terpapar AIDS. Ini upaya cegah tangkal virus HIV/AIDS di Kabupaten Kediri agar tidak menyebar. Warga Peduli Aids (WPA) juga kita ajak untuk berperan perangi AIDS di Kabupaten Kediri,” ujarnya.
Nur menambahkan, jika tidak ingin terpapar virus ini, hendaknya setia pada pasangan dan tidak bertukar pasangan ataupun menggunakan satu jenis jarum suntik untuk satu orang. Ini bisa bedampak buruk pada kondisi kehidupan mendatang. Cek kondisi kesehatan secara berkala adalah terpenting.
“Ini untuk mengetahui kondisi tubuh yang sebenarnya dan yang utama adalah sehat dan sama-sama harus bisa menjaga kesehatan masing-masing. Jaga keharmonisan rumah tangga dengan perilaku hidup yang sehat dan tidak ganti-ganti pasangan,” imbuhnya.(tim)