SETWAN – Perlunya normalisasi sungai di Kolo Koso di wilayah Desa Sumberduren harus dilakukan. Karena setiap hujan dengan intensitas tinggi tanggul kali Kolo Koso yang berada di Desa Sumberduren Kecamatan Tarokan jebol. Volume air tinggi dan tanggul sungai tidak mampu menampung luberan air yang mengalir deras.
Dua minggu sebelumnya sudah diperbaiki namun kembali jebol setelah hujan deras selama beberapa hari. Terlebih adanya buangan kaki gunung wilis yang mengalir deras saat hujan semakin tak terkendali air yang menluap di Kali Kolokoso ini. Akibatnya belasan hektar sawah di wilayah Sumberduren dan Cengkok Kecamatan Tarokan terdampak banjir.
Hal ini disampaikan Antox Prapungka Jaya Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kediri. Dewan menilai seluruh sungai di Kabupaten Kediri harus dilakukan normalisasi agar tanggul sungai tidak mudah jebol. Kalau perlu ada survey untuk untuk membuat pelengesengan di jalur yang rawan jebol.
“Hampir setiap waktu musim penghujan tiba kondisi sungai di kawasan barat sungai, mulai dari Bendo Mongal,Bendo Krosok,Kali Kresek dan sungai Kolo Koso selalu rusak. Tahun ini sangat parah dan akibatnya perkampungan hingga sekolahan di SMP Negeri I Tarokan terendam,” ujarnya.
Politisi Partai Nasional Demokrat (nasdem) Kabupaten Kediri ini menyampaikan kondisi semakin parah ini harus segera ditangani Pemkab Kediri. Penting kiranya agar masyarakat di masa Pandemi Covid 19 dan cuaca ektrem ini tidak terbebani dengan kondisi lingkungan yang mencemaskan.
Bambang Iswahyudi Kepala Desa Sumberduren Kecamatan Tarokan mengatakan kencangnya air di Kali Kolokoso memang tinggi dan selalu terjadi setiap musim penghujan tiba. Sawah warganya saat mulai tanam terdampak banjir dan ada yang mulai menyebar benih juga akhirnya tidak mau tumbuh untuk bakal pagi.
Bambang mengatakan dalam minggu ini sangat mungkin ada alat berat yang digunakan untuk tanggul darurat agar air jika hujan deras tidak meluber ke sawah. Sawah warganya yang terdampak banjir sekitar lima hektar dan sebagian menjelang panen, ada baru persamaian bibit dan mulai tanam usia tanam dua minggu.
“Untuk kali ini debit air memang tinggi dan kami berkoordinasi dengan PUPR sebisa mungkin datangkan alat berat. Sebab tidak mungkin jika hal ini ditangani dengan tenaga warga bersama aparat. Intensitas hujan kali ini memang luar derasnya sehingga aliran sungai tak mampu menampung air,” jelasnya.
Ditambahkan Bambang, kanan kiri tanggul yang jebol tersebut juga mulai retak dan mengkhawatirkan. Bambang menghimbau warganya tidak menanam pisang dan rumput gajah di bibir tanggul karena bisa menggemburkan tanggul dan bisa berakibat mudah jebol nya tanggul.
Suminto (60) warga Sumberduren juga merasa kecewa dengan dua kali banjir dalam waktu yang berdekatan. Karena lahan sawahnya yang baru ditanami padi jadi mati dan terlebih yang kedua ini sedang masa persemaian. “ Memang sudah langganan setiap kali musim hujan Kali Kolo Koso ini meluap dan sawah warga terendam,” ujarnya.
Sementara Anang Widodo Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri menyampaikan masih melakukan pendataan dampak pertanian di wilayah Tarokan akibat banjir. “ Pendataan kerusakan atas bencana ala mini mulai kita lakukan pendataan untuk mengetahui berapa luas lahan sawah yang sudah ditanami padi oleh warga ini rusak,” katanya. (tim)