SETWAN – Adanya persawahan yang terendam banjir dan perkebunan yang longsor di Kabupaten Kediri disikapi serius komisi II DPRD Kabupaten Kediri. Komisi II berharap Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) melakukan pendataan lahan sawah yang terendam banjir selama musim hujan deras di Kabupaten Kediri.
Ratusan hektar sawah alami kerugian masa tanam dan kerugian harus diketahui petugas Dispertabun Kabupaten Kediri. Ini upaya mengurangi beban petani di Kabupaten Kediri yang sudah memasuki masa tanam dan persemaian namun tertimpa banjir. Akibatnya sawah mereka tak berfungsi.
Widyo Harsono mengatakan,sawah yang dilanda banjir ini ada yang baru dua minggu masa tanam. Ada pula yang baru persemaian bibit untuk kedua kalinya karena dua minggu sebelumnya lahan sawah yang berada di wilayah Desa Blimbing, Sumberduren dan Cengkok Kecamatan Tarokan kebanjiran akibat Sungai Kolo Koso tanggulnya jebol.
“Kami berharap Dispertabun serius menangani tingkat kerugian bagi petani yang sawahnya terdampak bencana alam. Bisa juga diusulkan adanya bibit pengganti agar mereka bisa bertanam kembali. Ini penting demi kesejahteraan dan keberlangsung tatanan hidup pola tanam petani di Kabupaten Kediri,” ujarnya.
Anang Widodo Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri akan memaksimalkan pantauan keluasan sawah yang terdampak banjir. Untuk tanaman padi usia dua minggu yang terendam banjir diatas empat hari tidak bisa diselamatkan. Jika dibawah empat hari masih terselamatkan.
“Kita berharap masih ada tanaman yang bisa terselamatkan dan kita koordinasi dengan petani untuk memberikan solusi untuk pola tanam pasca lahan terdampak banjir. Pada musim seperti saat ini,secara umum petani memang bertanam padi dan sebagian tanaman jagung sudah panen jadi musim ganti tanaman,” ujarnya.
Ditambahkan Anang, petugas PPL saat ini berada di lapangan mendata kerusakan tanaman akibat banjir ini. Dispertabun juga berkoordinasi dengan intansi lainya untuk penanganan banjir dan pasca banjir dengan kerugian yang dialami petani di Kabupaten Kediri. Pendataan tidak di satu lokasi saja melainkan menyeluruh.
Bambang Iswahyudi Kepala Desa Sumberduren Kecamatan Tarokan mengatakan kencangnya air di Kali Kolokoso memang tinggi dan selalu terjadi setiap musim penghujan tiba. Sawah warganya saat mulai tanam terdampak banjir dan ada yang mulai menyebar benih juga akhirnya tidak mau tumbuh untuk bakal pagi.
Bambang mengatakan dalam minggu ini sangat mungkin ada alat berat yang digunakan untuk tanggul darurat agar air jika hujan deras tidak meluber ke sawah. Sawah warganya yang terdampak banjir sekitar lima hektar dan sebagian menjelang panen, ada baru persamaian bibit dan mulai tanam usia tanam dua minggu.
“Untuk kali ini debit air memang tinggi dan kami berkoordinasi dengan PUPR sebisa mungkin datangkan alat berat. Sebab tidak mungkin jika hal ini ditangani dengan tenaga warga bersama aparat. Intensitas hujan kali ini memang luar derasnya sehingga aliran sungai tak mampu menampung air,” jelasnya.
Ditambahkan Bambang, kanan kiri tanggul yang jebol tersebut juga mulai retak dan mengkhawatirkan. Bambang menghimbau warganya tidak menanam pisang dan rumput gajah di bibir tanggul karena bisa menggemburkan tanggul dan bisa berakibat mudah jebol nya tanggul.
Suminto (60) warga Sumberduren juga merasa kecewa dengan dua kali banjir dalam waktu yang berdekatan. Karena lahan sawahnya yang baru ditanami padi jadi mati dan terlebih yang kedua ini sedang masa persemaian. “ Memang sudah langganan setiap kali musim hujan Kali Kolo Koso ini meluap dan sawah warga terendam,” ujarnya.(tim)